Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Kamis, 12 Mei 2011

Press Realease,Aksi Simpatik “Indonesia Optimis Tanpa Riba”


Indonesia yang hari ini masih dalam jeratan penjajahan gaya baru (neo Imprealisme) yang menjerat tatanan ekonomi bangsa ini, mulai dari pengusaan aset negara oleh asing, suap, produk asing yang menyerbu negeri ini, hingga yang terpenting jeratan bunga atau riba yang hari ini mengakar dalam sistem perekonomian bangsa, hingga ketatanan masyarakatnya.

Roy Davies dan Glyn Davies, dalam bukunya A History of Money from Ancient Times to the Present Day (1996) mengatakan bahwa bunga/riba telah memberi andil besar dalam lebih dari 20 krisis yang terjadi sepanjang abad 20. Ini merupakan sebuah realita tatanan dunia hari ini, yang ternyata menyerang bangsa Indonesia di Tahun 1998 ketika bangsa Indonesia menghadapi krisis perekonomian yang menyebabkan kehancuran perekonomian Indonesia sering di Identikkan akibat korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang sudah mendarah daging di Indonesia. Fakta ini tidak sepenuhnya benar dikarenakan sesungguhnya bangsa Indonesia pada saat itu sudah terjerat oleh hutang luar negeri yang begitu bebas sehingga menyebabkan gagal bayar yang menyebabkan bank-bank di Indonesia pada waktu itu mengalami kehancuran. Sehingga akhirnya pemerintah harus menanggung kerugian perbankan di Indonesia pada saat itu, hingga kemudian menyebabkan pemerintah harus berhutang kepada lembaga ribawi Internasional yaitu IMF.

Selanjutnya pemerintah harus menanggung  kewajiban yang telah mencapai titik yang membahayakan ketika itu . Apabila pada tahun 2002 saja, hutang Indonesia total Rp 1401 Trilyun, (hutang luar negeri Rp 742 Trilyun, hutang dalam negeri sebesar Rp 659 Trilyun, maka pada tahun 2003, hutang Indonesia telah mencapai Rp 2000 Trilyun. Jika kita hanya mampu membayar hutang tersebut Rp 2 Trilyun setahun, berarti hutang luar negeri itu baru lunas lebih dari seribu tahun, itupun kalau tidak ditambah hutang baru. Hutang ini, jelas menjadi beban cucu dan cicit kita di masa depan, yang diprediksikan 20 turunan generasi ke depan masih menanggung hutang dan bunga ini.

Sebuah ironi untuk bangsa Indonesia yang harus kita terima hari ini, jeratan hutang yang begitu besar ternyata tidak seberapa dengan bunga yang ternyata membuat bangsa ini tidak akan terlepas dari jeratan hutang yang terus menumpuk.

Begitu besar dosa Riba hingga Allah SWT dan Rasul-Nya akan memerangi orang-orang yang memakan riba, hanya Allah SWT yang tahu pasti bahaya besar Riba. Namun jika melihat dosa di atas sudah seharusnya kita terus berusaha untuk menghindari bahaya dari riba, ternyata ada hadist Rasullulah SAW yang berkenaan dengan Riba. Bahkan Rasullulah SAW sudah jauh-Jauh hari mengkhawatirkan akan adanya krisis ekonomi ini.“Bila riba merajalela pada suata bangsa, maka mereka akan ditimpa tahun-paceklik (krisis ekonomi). Dan bila suap-menyuap merajalela,maka mereka suatu saat akan ditimpa rasa ketakutan”. (H.R. Ahmad).
 
Indonesia Optimis tanpa Riba, Terbebas dari jeratan Riba.
Ada satu pepatah yang mengatakan bahwa apa bila kita tidak bisa merubah negara, maka rubahlah lingkungan kita, seandainya tidak bisa maka rubahlah keluarga, seandainya tidak bisa maka rubahlah diri kita hingga kita mampu merubah dunia. Hari ini  masyarakat Indonesia di hadapkan pada fakta bahwa Riba sudah begitu menjerat bangsa ini mulai dari perbankan sampai ke dana haji yang bernuansa ibadah, semua menggunakan riba.
Maka, mulai hari ini kita bangun optimisme kita bersama bahwa transaksi yang sesuai syariah dan di berkahi Allah SWT dapat segera terwujud, riba/ bunga dapat segera hilang dari tanah air Indonesia. Sehingga kita tida harus pusing lagi melihat APBN bangsa yang dikeruk asing lewat pembayaran bunga, bencana alam yang hari ini melanda, perekonomian yang rentan krisis dapat segela lenyap dan hilang dari muka bumi ini. Wallahualam bi sawab.

Bebas dari jeratan Riba.
Untuk itu kami sebagai mahasiswa yang bergerak dalam pengkajiaan dan pengembangan Ekonomi islam. Dalam Aksi Simpatik FoSSEI (Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam) “Indonesia Optimis tanpa Riba” Tanggal 13 Mei 2011 di Bundaran HI, Jakarta . menghimbau agar :
1.       1.)  Melalui Fakta diatas kami menghimbau Masyarakat untuk meninggalkan Riba/ Bunga yang hari ini banyak terdapat dalam lembaga keuangan di Indonesia
      2.) Pemerintah harus meninggalkan lingkaran pinjaman berbasis bunga baik melalui pinjaman luar negeri, obligasi, dan SBI yang telah menguras APBN  bangsa indonesia. melalui pembayaran bunga dan pelunasan hutangnya hingga hari ini.
3.     3.) Masyarakat di minta tetap Optimis dan turut aktif menghindari transaksi Riba dimanapun yang jelas-jelas telah membawa kesengsaraan.
Presidium Nasional FoSSEI

Imam Punarko

Tidak ada komentar:

Posting Komentar